MAKALAH
LAYANAN
PENDUKUNG INSTRUKSIONAL
OLEH
:
KELOMPOK V
DEWI
UMIATI
FINA
NOVTANIA
MADIA
NOVAL
UCHI
FAJRIANITA
JURUSAN
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2013
A. PENDAHULUAN
Upaya pengembangan system layanan instruksional
dewasa telah mengalami perkembangan, karena layanan instruksional dianggap
penting dan merupakan sarana utama untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi
kegiatan belajar mengajar. Menurut Ellison
(1972), layanan pendukung pembelajaran memiliki fungsi antara lain:
1. Memberikan
fasilitas atau bantuan belajar.
2. Menyediakan
sumber belajar.
3. Menyediakan
bahan-bahan yang berguna untuk melaksanakan kurikulum dan pengalaman belajar.
Dalam pendidikan, kegiatan pembelajaran tidaklah
selalu berjalan dengan baik sesuai dengan harapan kita, namun ada beberapa
layanan yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses pendidikan tersebut.
Untuk itu kita harus terlebih dahulu mengetahui apa-apa saja yang termasuk
kedalam komponen pendidikan, seperti Layanan pendukung dalam pembelajaran
maupun penghambat dalam pembelajaran. Oleh karena itu, di makalah ini, kedua
faktor tersebut dijelaskan..
B.
PEMBAHASAN
1.
Bentuk
Umum Layanan Pendukung Instruksional
a.
Dukungan
Bahasa dan Akademis
b.
Pusat Sumber
Informasi
c.
Penasihat
khusus
d.
Program
Penerimaan dan Program Orientasi
e.
Penitipan
Anak, Kesehatan dan Konseling
f.
Akomodasi
Siswa
g.
Layanan
Ketenagakerjaan
h.
Ruang doa dan
sembahyang
i.
Bank, tempat
belanja dan gerai makanan
j.
Klub,
Perkumpulan, Fasilitas Olah Raga dan Kebugaran
- Layanan Pendukung Instruksional sebagai Komponen Pendidikan
Komponen adalah bagian dari suatu system yang
memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai
tujuan system. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari system proses
pendidikan yang menentukan berhasil dan tidak. Pertama, komponen perangkat
keras (hardware), yang meliputi
ruangan belajar, peralatan praktik, laboratorium,
perpustakaan; kedua, komponen perangkat lunak (software) yaitu meliputi
kurikulum, program pengajaran, manajemen
sekolah, system pembelajaran;
ketiga, apa yang disebut dengan perangkat pikir (brainware) yaitu menyangkut
keberadaan guru, kepala sekolah, anak didik dan orang-orang yang terkait dalam
proses pendidikan itu sendiri dan merupakan bagian dari Layanan Pendukung
Instruksional Pendidikan.
Dari tiga kelompok komponen di atas, maka yang
menjadi penentu dari proses pendidikan dan pembelajaran adalah Layanan
Pendukung Instruksional itu sendiri. Bahwa dapat diartikan untuk berlangsungnya
proses pendidikan yang sukses dan berhasil diperlukan beberapa
komponen-komponen pendukung.
Layanan pendukung dan penghambat dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.
Kurikulum
Sebuah kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai
tempat siswa berkumpul untuk mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian
juga sebuah sekolah bukanlah sekedar sebuah gedung tempat murid mencari dan
mendapatkan ilmu pengetahuan. Sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam mendidik anak-anak yang tidak hanya harus
didewasakan dari segi intelektualitasnya saja, akan tetapi dalam seluruh aspek
kepribadiannya. Untuk itu bagi setiap tingkat dan jenis sekolah diperlukan
kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam
perkembangannya. Kurikulum yang dipergunakan di sekolah sangat besar
pengaruhnya terhadap aktifitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar
yang berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa.
Sekolah yang kurikulumnya dirancang secara
tradisional akan mengakibatkan aktifitas kelas akan berlangsung secara statis.
Sedangkan sekolah yang diselenggarakan dengan kurikulum modern pada dasarnya
akan mampu menyelenggarakan kelas yang bersifat dinamis.
Kedua
kurikulum di atas kurang serasi dengan kondisi masyarakat Indonesia yang
memiliki pandangan hidup Pancasila. Di satu pihak kurikulum tradisional yang
berpusat pada guru akan diwarnai dengan sikap otoriter yang mematikan inisiatif
dan kreatifitas murid. Di pihak lain kurikulum modern yang menekankan kebebasan
atas dasar demokrasi liberal sehingga tidak memungkinkan diselenggarakan secara
efektif kegiatan belajar secara klasikal untuk pengembangan pribadi sebagai
makhluk sosial dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu diperlukan usaha untuk mengintregasikan
kedua kurikulum tersebut dalam kehidupan lembaga formal di Indonesia agar
serasi dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat. Kurikulum harus dirancangkan
sebagai pengalaman edukatif yang menjadi tanggung jawab sekolah dalam membantu
anak-anak mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana,
sistematik, dan terarah serta terorganisir.
b.
Gedung
dan Sarana Kelas
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk
sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya
yang harus disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena
kurikulum selalu dapat berubah sedang ruangan atau gedung bersifat permanen,
maka diperlukan kreatifitas dalam mengatur pendayagunaan ruang/gedung.
Sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional
pengaturan ruangan bersifat sederhana karena kegiatan belajar mengajar
diselenggarakan di kelas yang tetap untuk sejumlah murid yang sama
tingkatannya. Sekolah yang mempergunakan kurikulum modern, ruangan kelas diatur
menurut jenis kegiatan berdasarkan program-progam yang telah dikelompokkan
secara integrated. Sedangkan sekolah yang mempergunakan kurikulum gabungan pada
umumnya ruangan kelas masih diatur menurut keperluan kelompok murid sebagai
suatu kesatuan menurut jenjang dan pengelompokan kelas secara permanen.
c.
Guru
Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak
diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena
kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid dalam suatu
kelas. Guru adalah seseorang yang ditugasi mengajar sepenuhnya tanpa campur
tangan orang lain (Rusyan, 1991: 135).
Setiap guru harus memahami fungsinya karena sangat
besar pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat dalam menunaikan
pekerjaan sehari-hari di kelas dan di masyarakat. Guru yang memahami kedudukan
dan fungsinya sebagai pendidik profesional, selalu terdorong untuk tumbuh dan
berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap
pendidikan. Persiapan yang harus diikuti, sejalan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi (Nawawi, 1989: 121).
d.
Murid
Murid merupakan potensi kelas yang harus
dimanfaatkan guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif. Murid
adalah anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang, dan secara psikologis dalam
rangka mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan formal,
khususnya berupa sekolah. Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan
kebersamaan yang sangat penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang
dinamis.
Setiap murid memiliki perasaan diterima (membership)
terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas. Perasaan diterima
itu akan menentukan sikap bertanggung jawab terhadap kelas yang secara langsung
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangannya masing-masing.
e.
Dinamika
Kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus
dipergunakan oleh setiap guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses
kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang
diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui
kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Untuk itu setiap wali
atau guru kelas harus berusaha menyalurkan berbagai saran, pendapat, gagasan,
keterampilan, potensi dan energi yang dimiliki murid menjadi kegiatan-kegiatan yang
berguna.
Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara
statis, rutin dan membosankan. Kreativitas dan inisiatif yang baik
perwujudannya tidak sekedar terbatas didalam kelas sendiri, tetapi mungkin pula
dilaksanakan bersama kelas-kelas yang lain atau oleh seluruh kelas. Setiap
kelas harus dilihat dari dua segi. Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu
kesatuan utuh yang dapat mewujudkan kegiatan berdasarkan program masing-masing.
Kedua, kelas merupakan unit yang menjadi bagian dari sekolah sebagai suatu
organisasi kerja atau sebagai subsistem dari satu total sistem. Kedua sudut
pandang itu harus sejalan dalam arti semua kegiatan kelas yang dapat
ditingkatkan menjadi kegiatan sekolah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi
semua murid.
·
Kendala yang dihadapi dalam proses
pembelajaran
Selain faktor pendukung tentu juga ada faktor
penghambatnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran akan ditemui berbagai faktor
penghambat. Hambatan tersebut bisa datang dari guru sendiri, dari peserta
didik, lingkungan keluarga ataupun karena faktor fasilitas yang merupakan
layanan pendukung dari proses pembelajaran itu sendiri diantaranya :
a.
Guru
Guru sebagai seorang pendidik, tentunya ia juga
mempunyai banyak kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab
terhambatnya kreativitas pada diri guru tersebut. Diantara hambatan itu ialah :
1) Tipe
kepemimpinan guru
Tipe kepemimpinan guru (dalam mengelola proses
belajar mengajar) yang otoriter dan kurang demokratis akan menimbulkan sikap
pasif peserta didik. Sikap peserta didik ini akan merupakan sumber masalah
pengelolaan kelas. Siswa hanya duduk rapi mendengarkan, dan berusaha memahami
kaidah-kaidah pelajaran yang diberikan guru tanpa diberikan kesempatan untuk
berinisiatif dan mengembangkan kreatifitas dan daya nalarnya.
2) Gaya
guru yang monoton
Gaya guru yang monoton akan menimbulkan kebosanan
bagi peserta didik, baik berupa ucapan ketika menerangkan pelajaran ataupun
tindakan. Ucapan guru dapat mempengaruhi motivasi siswa . Misalnya setiap guru
menggunakan metode ceramah dalam mengajarnya, suaranya terdengar datar, lemah,
dan tidak diiringi dengan gerak motorik/mimik. Hal inilah yang dapat
mengakibatkan kebosanan belajar.
3) Kepribadian
guru
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat
hangat, adil, obyektif dan bersifat fleksibel sehingga terbina suasana
emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Artinya guru
menciptakan suasana akrab dengan anak didik dengan selalu menunjukkan antusias
pada tugas serta pada kreativitas semua anak didik tanpa pandang bulu.
4) Pengetahuan
guru
Terbatasnya pengetahuan guru terutama masalah
pengelolaan dan pendekatan pengelolaan, baik yang sifatnya teoritis maupun
pengalaman praktis, sudah barang tentu akan mengahambat perwujudan pengelolaan
kelas dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pengetahuan guru tentang
pengelolaan kelas sangat diperlukan.
5) Pemahaman
guru tentang peserta didik
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah
laku peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya
usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik dan latar belakangnya.
Karena pengelolaan pusat belajar harus disesuaikan dengan minat, perhatian, dan
bakat para siswa, maka siswa yang memahami pelajaran secara cepat, rata-rata,
dan lamban memerlukan pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya. Semua hal
di atas memberi petunjuk kepada guru bahwa dalam proses belajar mengajar
diperlukan pemahaman awal tentang perbedaan siswa satu sama lain.
b.
Peserta
didik
Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai
seorang individu dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka
harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari satu kesatuan masyarakat disamping
mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati hak-hak
orang lain dan teman-teman sekelasnya.
Kekurangsadaran peserta didik dalam memenuhi tugas
dan haknya sebagai anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat merupakan
faktor utama penyebab hambatan pengelolaan kelas. Oleh sebab itu, diperlukan
kesadaran yang tinggi dari peserta didik akan hak serta kewajibannya dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
c.
Keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan
pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari
tingkah laku peserta didik yang agresif dan apatis. Problem klasik yang
dihadapi guru memang banyak berasal dari lingkungan keluarga. Kebiasaan yang
kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada
disiplin, kebebasan yang berlebihan atau terlampau terkekang merupakan latar
belakang yang menyebabkan peserta didik melanggar di kelas.
d.
Fasilitas
Fasilitas yang ada merupakan faktor penting upaya
guru memaksimalkan programnya, fasilitas yang kurang lengkap akan menjadi
kendala yang berarti bagi seorang guru dalam beraktivitas. Kendala tersebut
ialah :
1) Jumlah
peserta didik di dalam kelas yang sangat banyak
2) Besar
atau kecilnya suatu ruangan kelas yang tidak sebanding dengan jumlah siswa
3) Keterbatasan
alat penunjang mata pelajaran.
Keberhasilan belajar dan mengajar bergantung pada
keyakinan pendidik tentang faktor-faktor pendukung terjadinya pembelajaran yang
efesien. Beberapa faktor mengajar yang perlu diperhatikan supaya proses belajar
berlangsung baik antara lain:
a) Kesempatan
untuk belajar, kegiatan pembelajaran perlu menjamin pengalaman siswa untuk
secara langsung mengamati dan mengalami
proses, produk, keterampilan, dan nilai yang diharapkan.
b) Pengetahuan
awal siswa, kegiatan belajar perlu mengaitkan dengan pengetahuan awal siswa,
keterampilan dan nilai yang dimiliki sambil memperluas dan menunjukkan
keterbukaan pada cara pandang dan cara tindakan sehari-hari.
c) Refleksi,
kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar bermakna yang mampu
mendorong tindakan (aksi) dan renungan (refleksi) pada siswa.
d) Motivasi,
kegiatan mengajar harus perlu menyediakan pengalaman belajar yang memberi
motivasi dan kejelasan tujuan.
e) Keragaman
individu, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang
mempertimbangkan perbedaan individu.
f) Kemandirian
dan kerja sama, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang
mendorong siswa untuk belajar secara mendiri maupun melalui kerjasama.
g) Suasana
yang mendukung, sekolah dan kelas perlu diatur lebih aman dan lebih kondusif
untuk menciptakan situasi supaya siswa belajar lebih efektif.
h) Belajar
untuk kebersamaan, kegiatan mengajar menyediakan pengalaman belajar yang
mendorong siswa untuk memiliki simpati, empati, dan toleransi pada orang lain.
i)
Siswa sebagai pembangun gagasan,
kegiatan mengajar menyediakan pengalaman belajar yang mengkomodasi pandangan
bahwa pembangunan gagasan adalah siswa sedangkan guru hanya sebagai penyedia
kondisi supaya perestiwa belajar berlangsung.
j)
Rasa ingin tahu, kreatifitas, dan
ketuhanan, kegiatan mengajar menyediakan
pangalaman yang memupuk rasa ingin tahu, mendorong kreativitas dan selalu
mengagumkan kebesaran Yang Maha Esa.
k) Menyenangkan,
kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang menyenangkan siswa.
l)
Interaksi dan Komunikasi, kegiatan
mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang meyakinkan siswa terlibat
secara aktif secara mental, fisik, dan social.
m) Belajar
dan Cara Belajar, kegiatan mengajar
perlu menyediakan pengalaman belajar yang memuat keterampilan belajar
sehinggasiswa terampil belajar bagaimana belajar (learn how to learn).
- Layanan Pendukung Instruksional Perguruan Tinggi
1) Ruang
kuliah dilengkapi LCD projector dan layarnya, komputer, white board,
wireless, sound system dan Air Conditioner (AC).
2) Masjid Berdaya tampung Minimal 500 orang jema’ah.
3) Poliklinik;
memberikan pelayanan medis awal kepada civitas akademika dan masyarakat
yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
4) Mobil
Ambulan; memberikan pelayanan transportasi untuk civitas akademika dan
keluarganya yang sakit, atau meninggal dunia.
5) Internet;
bagi dosen dan karyawan disediakan fasilitas internet di ruangan-ruangan kantor
secara gratis.
6) Wartel;
fasilitas yang dikelola oleh Koperasi Mahasiswa
7) Mess
Diklat untuk berbagai kepentingan
seperti pelatihan,
8) Guest
House; menyediakan kamar bagi tamu civitas akademika dan masyarakat
9) Mobil
operasional; di fakultas dan universitas.
10) Koperasi
Karyawan dan Dosen; melayani jual beli barang-barang kebutuhan dan layanan
simpan pinjam.
11) Koperasi
Mahasiswa; melakukan usaha minimarket, toko, photo copy, warung telekomunikasi.
12) Kantin
dan Cafe; menyediakan berbagai makanan dan minuman bagi mahasiswa dan
civitas akademika lainnya.
13) Student
Centre / Convention Centre; tempat untuk pelaksanaan berbagai kegiatan
14) Perangkat Laboratorium Lengkap
15) Bank
& ATM yang memudahkan transaksi keuangan dan perbankan.
16) Perumahan
Dosen dan Karyawan memberikan jaminan
pemilikan rumah bagi dosen karyawan yang membutuhkannya.
C.
KESIMPULAN
DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Dalam pembahasan diatas telah dipaparkan
fungsi-fungsi layanan pendukung instruksional sebagai komponen pendidikan.
Fungsi dan kegiatan diatas merupakan fungsi dan kegiatan yang ideal. Seberapa
jauh kegiatan yang ideal tersebut dapat dilaksanakan oleh layanan tersebut
tergantung pada tujuan program pengajaran, fasilitas, peralatan yang dimilki,
staf dan personalia yang ada dalam pusat sumber belajar yang bersangkutan.
Namun demikian, dapat dipastikan bahwa fungsi-fungsi
diatas akan selalu dijumpai dalam setiap layanan pembelajaran sebagai suatu sarana
yang berusaha untuk memajukan efektivitas dan efesiensi kegiatan belajar
mengajar. Yang berbeda hanyalah kegiatan-kegiatan nyata yang berhubungan dengan
fungsi diatas, sesuai dengan adanya pembatasan-pembatasan yang terdapat pada
masing-masing layanan yang dimanfaatkan.
2.
Saran
Suksesnya belajar dan berhasilnya suatu pendidikan
sangat (dominan) ditentukan oleh komponen tenaga pendidik, dalam hal ini guru
di sekolah. Meskipun di suatu
sekolah fasilitasnya memadai, bangunannya bertingkat; meskipun
kurikulumnya lengkap, program pengajarannya hebat, manajemennya ketat,
sistem pembelajarannya oke,
tapi para tenaga pengajarnya (guru) sebagai aplikator
di lapangan tidak memiliki kemampuan (kualitas) dalam penyampaian materi, cakap
menggunakan alat-alat tekhnologi yang
mendukung pembelajaran, maka tujuan
pendidikan akan sulit
dicapai sebagaimana mestinya.
Disini hendaknya setiap guru harus memahami
fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat
dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari dikelas dan di masyarakat. Guru yang
memahami kedudukan dan fungsinya sebagai pendidik professional, selalu
terdorong untuk tumbuh dan berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap
tidak puas terhadap pendidikan. Persiapan yang harus diikuti, hendaknya sejalan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (Nawawi, 1989:121). Mantan Mendikbud,
Fuad Hassan juga pernah mengingatkan, bahwa tanpa guru yang menguasai materinya
mustahil suatu sistem pendidikan berikut kurikulum serta muatan kurikulernya
dapat mencapai hasil sebagaimana yang diidealkan.
Daftar
Pustaka
AECT.
1977. Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V.
Mudhoffir.1990.
Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber
Belajar. Bandung: Remaja Karya
Tucker.
1979. The Organisation and Management of
Educational Technology. Dalam http://projekku.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar